DSMIV

Minggu, 30 Agustus 2009

Pengantar Psikologi Abnormal

Pemahaman Dasar

  1. Pengantar

Dalam percakapan sehari-hari, istilah Psikologi Abnormal sering ditemukan, namun pengertiannya- terutama secara teknis- tidak selalu menunjukan maksud dan tujuan yang sama atau seragam. Hal ini bisa jadi menimbulkan masalah ketika kita menggunakan untuk keperluan yang lebih spesifik dari pada sekedar berwacana saja. Hal demikian antara lain terdapat dalam banyakannya istilah yang digunakan dengan dengan arti yang berbeda , hampir sama, maupun sama sekali sama. Istilah-istilah lain dari psikologi abnormal, atau sering disebut juga perilaku abnormal atau abnormal behavior adalah perilaku maladatif; kemudian ada juga yang menyebutnya mental disorder, psikopatologi, emotional discomfort, mental illness (penyakit mental) atau gangguan mental, sampai insanity (kegilaan).

Istilah yang paling lazim kita temukan adalah perilaku abnormal dan psikopatologi sebagaimana ditulis dalam kurikulum pendidikan psikologi di indonesia saat ini. Abnormal behavior merupakan suatu istilah yang terutama banyak berkembang di amerika serikat, yang timbul karena masyarakat negara tersebut lebih mendasarkan ilmu pengetahuan, sikap hidup, dan umumnya pemikiran pada mahjab perilaku (behaviorism). Sedangkan istilah psikopatologi merupakan istilah yang paling populer di masa lalu , ketika pusat ilmu pengetahuan berada di daratan Eropa, yang saya sebut saja bermazhab mental. Adanya pebedaan itu adalah dikarenakan cara berpikir orang daratan di daratan eropa berbeda dengan cara berpikir orang Inggris dan Amerika Serikat.

Orang Eropa daratan (continental) lebih melihat aspek dalam (inner) dari perilaku itu sehingga perilaku yang menyimpang lebih banyak dilihat sebagai akibat saja dari gangguan atau penyakit jiwa. Kita mengenal istilah psiko yang artinya jiwa dan patologi yang berarti sakit. Jadi, perilaku yang menyimpang ini sepantasnya disebut sakit atau gangguan kejiwaan; disini tidak menekan pada perilakunya melainkan gangguan atau sakit jiwanya.

Orang-orang inggris kemudian berimigrasi ke benua Amerika, yang kemudian menjadi dikenal sebagai Amerika Serikat, lebih melihat aspek perilaku yang berada di luar “luar” (over behavior) lebih penting daripada aspek “dalam” kepriibadian (inner personality). Bagi mereka, apapun yang melatarbelakangi suatu perilaku yang memberikan dampak terhadap masyarakat adalah perilaku nyatanya. Hal ini didasarkan filsafat pragmatisme yang mengatakan “yang benar atau baik itu adalah apa yang berlaku; masalh perilaku itu nomor dua (apa yang ditampilkan, berdampak, itulah yang penting)”.

Pandangan ini muncul dari situasi kehidupan orang-orang Eropa atau continental yang mungkin lebih tentram, sehingga memiliki kondisi yang nyaman untuk berpikir lebih mendalam. Sementara orang-orang Inggris hidupnya memiliki mengalami banyak tantangan alamiah, yang antara lain selama 6-9 bulan hidup dalam berkabut, sehingga terbentuk persepsi terhadap dunia yang penuh ancaman, bahaya dan kesukaran. Di sisi lain, kondisi berkabut ini membuat mereka memikirikan tindakan-tindakan yang nyata apa yang harus dilakukanya.

Penjahat di penjara Inggris yang melakukan tindakan kriminal yang berat dibawa ke Amerika dalam rangka penghukumannya, dengan membawa paradigma praktisnya, ialah pragmatisme. Yang sewaktu-waktu membuat heran adalah mengapa masyarakat Indonesia pun berkiblat ke Amerika. Mungkin karena sejak kecil masyarakat sudah dilatih ke arah sana dengan mengikuti kebiasaan-kebiasaan masyarakat Amerika, misalnya awal millennium ketiga melegenda Akademi Fantasi atau Insonesian Idol yang berasal dari Inggris dan sangat popular di Amerika Serikat.

Dapat saja diajukan komentar, bahwa suatu saat bisa akan terjadi dimana bangsa Indonesia berada dalam suatu konflik dengan mengikuti budaya Amerika, karena Bangsa Indonesia mengikuti pola-pola kehidupan dan perilaku mereka, sementara akarnya tidak berubah. Ini penting bagi kita untuk menangani persoalan yang sifatnya memahami makna atau meaning dan nilai atau value, sebagaimana yang dipahami masyarakat. Coleman dkk., 1972; Coleman dkk., 1980, berhasil mengumpulkan sejumlah istilah mengenai ganguan kejiwaan ini sebagai berikut.


Tidak ada komentar: